Selasa, 31 Desember 2013

"sekali lagi ku ungkapkan, kurang tanpa kalian..."


Ia menegaskan pada kami. Bagaimanapun menyenangkannya perjalanan selama 2 hari lalu, terasa sungguh berbeda dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya. Maka hari ini aku berusaha menjadi dia.

Mendaki gunung?
Sejauh ini bagiku adalah sebuah tantangan, bukan sekedar efek pasca membaca novel 5 cm. Ada puncak di akhir perjalanan sana yang harus ku gapai. Puncak Mimpi -begitulah bahasa hiperbol yang sering kutanam dalam otak agar mensugesti tubuhku menjadi berani. 
Tapi dalam menjalani perjuangan menggapai puncak itu aku butuh bantuan, utamanya dari orang-orang yang sudah ahli. Aku butuh pembimbing. Ya, maka kupilih tim ini. Beberapa orang yang sudah ku kenal sebelumnya, beberapa perempuan -ya aku sudah kenal- dan beberapa laki-laki -plus ketua tim bertubuh gempal, kocak-. Iya. Kalian. 

Rabu, 11 Desember 2013

puisi dwitasari - kepergianku


Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Cepat atau lambat pepatah ini akan terjadi pada siapapun, termasuk aku.
Iya, tentu saja ada airmata, tentu saja ada semilir duka.
Tapi aku percaya semua ini akan terlewati dan kembali baik-baik saja.
Aku juga manusia biasa, punya rasa rindu yang menggebu.
Aku rindu menjadi diriku sendiri, aku yang utuh.
Aku yang ku kenali, aku yang ku inginkan.
Memang semua tak lagi sama, tapi percayalah, ini yang terbaik.
Jangan ada benci apalagi caci, kita telah dewasa.
Bukankah dewasa berarti siap melupakan juga merelakan.
Kita masih bisa bertemu dalam nyata atau dalam doa.
Kita masih bisa saling membahagiakan.
Dalam peluk, dalam tawa, manis.
Ini bukan kepergian, kita hanya sama-sama ingin meraih tujuan.
Tolong, tolong jangan anggap ini perpisahan.
Hanya raga kita yang terpisah, tapi hati ini masih saling bertautan.
Tubuhku memang tak lagi bersama kalian.
Tapi, izinkan aku menyelamatkan hati.
Agar perbedaan ini tak jadi bumeranguntuk saling menyakiti.
Aku pergi karena aku ingin menjadi yang aku ingini.