Minggu, 04 Desember 2011

Surat Dari Ukhti


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Afwan, berkali-kali aku meminta maaf, dan mungkin akan membuatmu bosan. Tapi aku masih tetap ingin mengatakannya, “Maaf”.

Masihkah kau meragukan atau mempertanyakan kenapa aku mencintaimu? Sungguh, sejujurnya akupun tak tau mengapa. Hanya Allahlah yang tau mengapa. Wallahu’alam bisshawab.

Taukah, ketika pertama kali kita bertemu aku merasakan ada sesuatu di dalam hatiku, kemudian hari berlanjut hari, rasa itu kian bertumbuh, dan sekarang aku sudah lupa kapan tepatnya aku mulai mencintaimu. Yang terpenting bagiku adalah “rasa cinta” itu. Aku begitu bahagia bisa mencintaimu. Namun, justru seiring berjalannya waktu, kau menjauhiku dan menyiratkan agar aku pergi dari kehidupanmu.

Dengan sikapmu itu, jangan pernah berpikir bahwa yang kau lakukan akan membuatku membencimu lalu melupakanmu, tidak sama sekali. Tapi, kau berhasil menyakiti cinta dihatiku, membuatnya menjadi seakan remuk dan aku kesusahan untuk menatanya kembali. Terkadang aku juga lelah kenapa aku begitu mencintai seseorang yang bahkan mungkin tidak pernah mengharapkan aku ada dikehidupannya. Betapapun aku mencoba untuk menampikkan cintaku padamu, tapi hatiku tak bisa berbohong. Aku tau aku terlalu jujur padamu, atau sering marah tanpa alasan yang tepat, mungkin inilah kesalahanku, aku akui itu.

Jujur, aku masih belum tau maksudmu yang sebenarnya memperlakukan aku seperti ini. Yang ada dalam benakku, kau memang tidak mengharapkan adanya cintaku. Walau dalam tiap doaku aku memohon agar rasa cinta ini tidak menyiksaku, tapi pada kenyataannya ini tetap menyakitiku. Sungguh aku menangis ketika mengatakan aku akan menghapus rasa cinta ini, tapi apa boleh buat, hatiku sudah terlalu sakit menerimanya.

Maafkanlah aku jika selama ini aku membuatmu terganggu atau bahkan membuatmu kesal. Jika waktu bisa terulang kembali, aku ingin saat (masih ‘rasa’ yang belum menjadi ‘cinta’), harusnya sudah kuhapuskan, tidak seperti sekarang yang menjadikannya sulit dihapuskan dan menjadikannya sakit. Ketika sudah terjadi seperti ini, aku harus berusaha keras menghapusnya.

Sungguh:
“Aku tak sanggup menyembunyikan rasa cintaku untukmu”
“Aku tak sanggup meyakinkan hatimu bahwa cinta ini tulus untukmu”
“Aku tak sanggup membuatmu mempercayai cintaku”
“Aku tak sanggup menahan sakit atas cinta yang tak beralasan ini”
Jadi, akan kusudahi sampai disini saja. Kisah cintaku yang bertepuk sebelah tangan.

Atas segala kekuranganku, sudikah engkau memaafkanku? Karena aku telah keliru dalam cinta ini:
Seharusnya aku sembunyikan rasa cintaku padamu, agar cinta ini tetap tersimpan dihatiku, dan akan indah karena Illahi tanpa menginginkannya berbalas, namun aku terlanjur mengungkapnya padamu. Karena sungguh, cinta yang terindah adalah cinta yang disembunyikan, seperti cinta Fatimah Az Zahra dan Ali Bin Abi Thalib.
Seharusnya cinta itu iffah, tapi justru aku telah mengotorinya dengan selalu memikirkanmu dalam setiap waktuku, dan menyakiti hatiku pelan-pelan.
Seharusnya cinta itu tak bertasbih dengan mudahnya, tapi aku justru membuatnya bertebaran dan itu bisa jadi merendahkan diriku sendiri sebagai wanita muslimah.

Aku takut membawa-bawamu dalam khilafku.

Namun, aku tidak membencimu sama sekali, namamu masih ada dalam doaku. Aku masih akan tetap mendoakanmu, sebagai saudaraku yang pernah singgahkan cintanya dihatiku, engkau terlalu berharga untuk aku bawa dalam kesalahanku.

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

8 comments:

Anonim mengatakan...

hm.... koq dipublikasikan ya....


shame...
*blushing :)

Anonim mengatakan...

hm.... koq dipublikasikan ya..



shame...
*blushing :)

Unknown mengatakan...

biar terkenal yah......hahaha

Anonim mengatakan...

yah, asalkan tidak menyebut merk ya tdk apa2..
semoga bisa menjadi inspirasi bagi yg lain agar tdk melakukan kesalahan yg sama yg dilakukan ukhti tsb..
:'(

Senorita mengatakan...

yaelah bro...please, ngapain sih tulisan kayak gini di publish.. GJ ngerti ra!!!!

Unknown mengatakan...

emange ngopo........ra entuk pow pye.... :P

Senorita mengatakan...

gk ahsan. ngertilah... mosok iyo arsyad gk mudeng.... :-)

jendelahati mengatakan...

bunda Khodijah dulu yg memulai ta'aruf dgn Rosululloh saw..
asal ada perantara dan tidak terjadi komunikasi berdua tanpa ada yg tau..

dgn surat seperti itu boleh2 aja,
asal ada orang lain yg tau tentang hal ini dan bisa menjadi perantara yg baik..

sebagai akhwat, kita tinggal memilih..
mau seperti bunda Khodijah ato seperti bunda Fathimah..
keduanya sah-sah saja..

ALLOHU Ta'ala a'lam..